Perdagangan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dapat kembali berpotensi menguat seiring dengan kembalinya minat investasi berisiko. Mengutip kurs tengah Bank Indonesia (BI) saat ini posisi rupiah berada di level Rp 14.340 per dolar AS.
Analis Keuangan Ariston Tjendra mengatakan, pergerakan kurs rupiah saat ini dibayangi oleh sentimen pasar terhadap varian covid-19 baru Omicron. Dampak yang ditimbulkan varian baru tersebut hanya bergejala ringan membuat investor tidak terlalu cemas menyikapnya.
“Nilai tukar rupiah kemungkinan bisa lanjut menguat dengan meredanya kekhawatiran pasar terhadap varian covid-19 baru Omicron,” kata Ariston kepada JawaPos.com, Selasa (30/11).
Ariston memaparkan, pelaku pasar terlihat masuk kembali ke aset berisiko dengan menguatnya indeks saham Asia pagi ini. “Beberapa penelitian menunjukkan hanya gejala ringan pada sebagian besar pasien yang terkena varian Omicron tersebut,” ucapnya.
Ariston menyebut, perkembangan virus Omicron juga bisa menjadi pertimbangan the Fed untuk tidak mempercepat tapering. Bila kasus menaik lagi, ekonomi bisa kembali melambat sehingga the Fed tidak bisa memperketat kebijakan moneternya.
“Ini bisa mendukung pelemahan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya,” sebutnya.
Disisi lain, lanjutnya, laporan aktivitas manufaktur Tiongkok bulan November yang melebihi ekspektasi, yang baru dirilis pukul 8 pagi WIB, juga memberikan sentimen positif ke aset berisiko pagi ini. Data menunjukkan manufaktur Tiongkok kembali bertumbuh di November setelah sebelumnya mengalami kontraksi karena gangguan suplai.
Sementara dari dalam negri, merebaknya varian Omicron tidak mendorong pengetatan PPKM di tanah air juga bisa membantu penguatan rupiah terhadap dolar AS. Ini berarti pemulihan ekonomi di Indonesia bisa berjalan.
“Rupiah berpotensi menguat ke arah 14.280, dengan potensi pelemahan di kisaran 14.350,” pungkasnya.