Vaksin Sinovac dari China telah mendapatkan persetujuan untuk penggunaan darurat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Menulis, vaksin Sinovac merupakan vaksin China kedua yang menerima lampu hijau dari WHO, setelah Sinopharm. Dengan disahkannya Sinovac untuk penggunaan darurat, diharapkan dapat membuka pintu bagi vaksinasi program Covax dan memastikan akses adil ke vaksin.
Melansir , vaksin Sinovac telah digunakan di beberapa negara dan direkomendasikan dengan dosis kedua diberikan dua hingga empat minggu setelah suntikan pertama. "Persetujuan darurat berarti vaksin memenuhi standar internasional untuk keamanan, kemanjuran dan pembuatan," kata WHO. Studi menunjukkan bahwa Sinovac mencegah penyakit bergejala di lebih dari setengah dari mereka yang divaksinasi dan mencegah gejala parah dan rawat inap di 100% dari mereka yang diteliti, tambahnya.
Diharapkan keputusan untuk mendaftarkan vaksin China untuk penggunaan darurat akan mendorong inisiatif Covax, yang telah berjuang dengan masalah pasokan. "Dunia sangat membutuhkan banyak vaksin Covid 19 untuk mengatasi ketidakadilan akses yang sangat besar di seluruh dunia," kata Mariangela Simao, Asisten Direktur Jenderal WHO untuk akses ke produk kesehatan. "Kami mendesak produsen untuk berpartisipasi dalam fasilitas Covax, berbagi pengetahuan dan data mereka serta berkontribusi untuk mengendalikan pandemi," imbuhnya.
Selain di China, vaksin tersebut sudah diberikan di negara negara termasuk Chili, Brazil, Indonesia, Meksiko, Thailand dan Turki. Sinovac mengatakan telah memasok lebih dari 600 juta dosis di dalam dan luar negeri pada akhir Mei. Dikatakan lebih dari 430 juta dosis telah diberikan. Salah satu keunggulan utama Sinovac adalah dapat disimpan di lemari es standar pada suhu 2 8 derajat Celcius.
Artinya, Sinovac jauh lebih berguna bagi negara berkembang yang mungkin tidak dapat menyimpan vaksin dalam jumlah besar pada suhu rendah. Persetujuan darurat datang ketika kepala WHO, Organisasi Perdagangan Dunia, IMF dan Bank Dunia meminta dana investasi $50 miliar (£35 miliar) untuk membantu mengakhiri pandemi. Dalam pernyataan bersama mereka mengatakan dunia telah mencapai titik yang berbahaya, dan bahwa ketidaksetaraan dalam akses ke vaksin berisiko memperpanjang pandemi, dan lebih banyak kematian.
Mereka telah meminta uang untuk diinvestasikan di berbagai bidang termasuk produksi vaksin, pasokan oksigen, dan perawatan Covid 19, memastikan mereka didistribusikan secara adil. WHO juga mengimbau negara negara kaya untuk segera menyumbangkan dosis vaksin ke negara berkembang. Melansir dari berikut ini beberapa hal yang perlu diketahui mengenai vaksin China, Sinovac dan Sinopharm.
Dibuat oleh perusahaan biteknologi asal China, Sinovac dikembangkan dengan teknologi inactivated virus atau virus utuh dari SARS CoV 2 (penyebab Covid 19) yang sudah dimatikan. Tujuan vaksin ini adalah memicu sistem kekebalan tubuh terhadap virus tanpa menimbulkan respons penyakit yang serius. Berdasarkan uji klinis fase 3 di Indonesia, vaksin Sinovac menunjukkan efikasi sebesar 65,3 persen.
Indonesia juga satu di antara negara yang menggunakan Sinovac. Dosis vaksin Sinovac diberikan pada orang dewasa usia 18 59 tahun dan usia lanjut di atas 60 tahun. Terkait efek samping, vaksin Sinovac hanya memunculkan nyeri di sekitar bekas suntikan, rasa gatal, dan mengantuk pasca vaksinasi.
Vaksin Sinovac yang ada di Indonesia saat ini juga dinilai efektif melawan varian baru virus corona, salah satunya mutasi B.1.1.7. Dikembangkan oleh Beijing BioInstitute Biological Product, vaksin Sinopharm adalah jenis vaksin yang dibuat menggunakan teknologi pengembangan yang sama dengan Sinovac. Vaksin Sinopharm dibuat dengan metode inactivated virus atau virus yang dimatikan untuk memicu respons kekebalan sehingga mencegah keparahan terhadap infeksi penyakit.
Vaksin Sinopharm memiliki efikasi 78 persen berdasar hasil uji klinik di Uni Emirat Arab yang melibatkan 42.000 relawan. Adapun efek samping vaksin Sinopharm ini adalah kemerahan, bengkak di area bekas suntikan, sakit kepala, diare, nyeri otot, batuk, dan lain sebagainya. Dikembangkan oleh pihak yang berbeda dengan metode yang tak sama pula, tiga jenis vaksin yang digunakan di Indonesia tentu saja memiliki perbedaan.
Namun bukan berarti perbedaan ini menciptakan jenis vaksin yang lebih baik dan buruk. Sebab ketiganya sama sama digunakan untuk meningkatkan imunitas tubuh terhadap virus corona.